Media, Potensi Pertahanan dan Pilar Bangsa,
Wednesday, February 06, 2002, 6:37:58 PM
Media,
Potensi Pertahanan dan Pilar Bangsa,
Ancaman
bangsa dimasa depan bukan berasal dari kekuatan mesin perang
konvensional , melainkan karena intervensi sistem Tehnologi Informasi (TI)
negara-negara maju terhadap moral bangsa. Komunitas bangsa yang terdepan
sebagai pengguna TI dan mampu membentengi kekuatan TI asing adalah komunitas
Media Massa, termasuk insan Pres, film dsb, bahwa Merah Putih nya jiwa bangsa
di era global ini sangat tergantung dari seberapa besar jiwa patriotisme insan
media mewarnai moral bangsa melalui TI.
Kekuatan bangsa kini ada pada insan media karena media berkapasitas
sebagai perekat jiwa bangsa dan menjadi pilar bangsa Tayangan Invasi militer
AS di Afghanistan dan Irak, WTC 911, Gempa bumi dan Tsunami yang diliputi oleh
media seluruh dunia pada detik yang sama
membuktikan betapa mudahnya kekuatan media membuat seluruh dunia
prihatin, menangis secara bersamaan, membuka mata hati dunia termasuk bangsa
Indonesia yang ber Pancasila, diingatkan kembali tentang tingginya nilai hidup
manusia, Ke Maha Kuasaan Tuhan yang melampaui batas bangsa, agama, ras yang
berarti bahwa peristiwa diujung manapun didunia berlaku universal bahwa seluruh
individu dinegara mana pun agar memperbaiki diri dari hari kehari, saling
menghormati, memelihara lingkungan hidup dimana iklim dunia telah berubah secara global dan mematuhi
aturan Nya.
Tingkat ke “maha” kuasaan dan kekuatan media yang
borderless ini mampu menembus benak,
nurani, yang berujung merubah, memperbaiki atau merusak tatanan berpikir, adat
istiadat, budaya, perilaku bahkan keyakinan individu, bangsa, dunia dan selama
7 tahun era reformasi era kebebasan pers, ke ” maha” kuasaan media telah
membawa bangsa Indonesia diujung tanduk, mulai dari krisis ideologi, politik,
sosial, budaya, ekonomi, hukum, hankam dan moral. Moralitas insan media. syarat
utama dalam membentengi bangsa dari
kenaifan rakyat yang tengah belajar berdemokrasi. Pencerahan moral dan
intelektual bangsa yang sangat positif oleh media selama masa reformasi, telah
dicemari oleh segelintir insan media ( artis, selebritis, sineas, presenter,
pers dsb ) yang tidak bertanggung jawab secara moral, karena mengejar jam
tayang, orientasi bisnis semata.Krisis multi dimensi ini akan mudah teratasi
ketika moral insan media memprioritaskan panggilan tugas yakni menyelamatkan
bangsa dari perpecahan dan kehancuran moral.
Media
dan UU Bela Negara
Sekalipun 10 jam tayangan Aa Gym, ustad Arifin dan
Haryono per hari di TV, akan mudah terhapus dari benak manusia hanya
karena 2 menit tayangan porno aksi,
kekerasan, kejahatan yang tumbuh subur berkembang dibenak generasi muda, lalu
bagaimana menghapus rekaman otak porno, kekerasan aksi ini ? 7 tahun kebebasan
pers telah menghasilkan pembuatan dan tayangan film mistis yang membahayakan
iman mereka yang masih labil, tayangan kekerasan, porno aksi telah membuahkan
perilaku amoral bangsa, perkosaan, pembunuhan, HIV/AIDS, narkoba, abortus yang
menghancurkan moral bangsa, khususnya generasi muda. Hal diatas diperkuat oleh sebuah penelitian,
respondennya menyatakan 64% tayangan
pornografi, 68,5% kekerasan dan 66,4% berita sensasional TV menyebutkan
berlebihan. Era Tehnologi telah memperkokoh peran “ kuli tinta cs” menjadi kekuatan
bangsa yang terdepan dalam menembus
pergolakan menuju masyarakat demokrasi, kini masanya insan media menjadi
pilar bangsa yang menentukan masa depan perjalanan.bangsa. Era globalisasi
menjadi tantangan insan media, kemana bangsa ini akan dibawa, menuju masyarakat
peradaban bermoral dan berkepribadian Indonesia atau masyarakat global yang
dipengaruhi kebudayaan asing.
Melalui tayangan media mata hati rakyat dan
politisi menjadi lebih jelas ketika kecepatan intervensi militer negara asing
yang membantu paska Tsunami di Aceh, mengetahui seberapa besar kemampuan kekuatan TNI dalam mensikapi
keadaan krisis bangsa, ternyata keprihatinan rakyat atas minimnya kekuatan TNI dibanding kekuatan
militer negara asing itu telah ditanggapi secara dewasa oleh rakyat.
/Sikap....
Sikap dingin masyarakat terhadap TNI mencair
setelah melihat daya juang TNI walaupun dengan peralatan dan SDM terbatas tetap
mampu sebagai ujung tombak bangsa menangani dan menanggulangi bencana.
Nasionalisme bangsa tergugah bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang
memiliki kekuatan moral, dan kekuatan moral ini diaplikasikan bila rakyat dan
tentaranya bersatu. bagaikan ikan dan air (P.B.Sudirman).
Mengingat ancaman bangsa masa kini dan masa depan
terletak pada kecanggihan intervensi
Tehnologi Informasi, seraya menunggu profesionalitas peralatan dan SDM TNI yang
membutuhkan belasan tahun, maka Undang –Undang Bela Negara Tahun perlu dilaksanakan secara bertahap sebagai
modal semangat kebersamaan TNI dan Rakyat dalam mempertahan
Merah Putih, memperkuat semangat persatuan dan kesatuan yang dilandasi moralitas agama, maka insan media sebagai
Pilar bangsa perlu dibekali dengan nilai-nilai patriotisme, dan nilai – nilai
ini diaplikasikan dengan melaksanakan UU Bela Negara
Melaksanakan UU Bela Negara sebagai komponen
pendukung, bukan berarti membendung UU Pokok Pers No 40 tahun 1999, tetapi
justru menjadikan insan media menjadi lebih mandiri bebas dan bertanggung jawab secara moral
terhadap bangsa dan negaranya. 7 tahun era kebebasan pers sudah berlangsung,
sejarah akan mencatat, bagaimana insan media sebagai Pilar Perekat Nurani
Bangsa berproses membawa pikiran dan hati bangsa kealam demokrasi Indonesia,
tanpa meninggalkan jati diri bangsa, sebagai bangsa yang memiliki nilai
universal yang terkandung dalam Pancasila.. Dan hari ini liberalisasi pers
telah mengundang kekhawatiran publik, apakah kebebasan tak terbatas itu akan
diteruskan yang justru menjadi senjata makan tuan yang akan
membungkam pers atau bebas bertanggung jawab sesuai nurani bangsa. Mengingat
rawannya kondisi moral bangsa saat kini dan peran sentral insan media sebagai
“tentara” diera global tehnologi
informasi, maka langkah ini merupakan
prioritas bagi strategi bangsa kedepan.
Media dan
Agama.
Allah SWT sangat teliti dalam memberi informasi
tehnologinya kepada manusia, disampaikan melalui malaikat ke nabi dan
rasul-rasulnya sebagai manusia yang mampu secara redaksional, intelektual,
moral menyebarkan informasi ke jutaan manusia, tahap demi tahap, ayat per ayat,
yang dirangkum dalam kitab Jabur, Taurat, Injil, Al Qur’an dalam waktu yang
sangat lama ( Al Qur`an, kira 30 tahun ), karena Sang Pencipta yang Maha
Mengetahui akan ketidak mampuan dan dampak buruk terhadap manusia yang menyerap
TI Allah SWT bila diturunkan sekaligus atau instan.
Isyarat penyebaran informasi secara akurat,
bertahap ini telah dianut selama ribuan tahun dan 50 tahun terakhir dimana
manusia telah mencapai tingkat ”maha” kuasa dalam penyebaran TI. kalau Allah
memerlukan rasul/nabi untuk penyebaran informasi, kini kecepatan informasi itu
tidak perlu perantara atau filter dari manusia yang berkarakter agamis, apa
kata kata hati manusia, tinggal klik info apa saja dari urusan surga dari buku,
kitab suci sampai video, film berbau neraka dengan mudah didapat. Era TI
kembali seperti jutaan yang lalu ketika Iblis dan Adam sama sama masih berada
disurga langit, semua serba ada, serba boleh dan mudah didapat, dan hari ini
anak cicitnya setan dan manusia sama-sama tinggal di surga dunia, semua serba
ada, serba boleh dan tinggal klik apapun yang kenikmatan dunia yang bernilai
nikmat palsu segara tampil didepan mata manusia, manusia kini mirip ” Tuhan ”
layaknya.
Sayangnya, ciptaan Nya yang terpandai ini sangat
ceroboh mentranformasikan ilmu Allah, merasa pandai dan sombong, lupa
mereferensi tehnologi informasi Allah dan lalai dalam mendiskripsikan
kedigjayaan ilmu tehnologi setan yang canggih
sebagai musuh utama yang mampu menelusup sebagai virus dan merusak program pikiran dan hati manusia kapan dan dengan
cara apa saja. Nampaknya strategi setan berhasil dalam pemanfaatkan tehnologi
informasi di jaman modern, disatu sisi dibiarkan untuk kebajikan manusia,
selanjutnya untuk menghancurkan moral manusia.
/Bayangkan...
Bayangkan dalam hitungan detik, dengan mudah setan
menancapkan dan mengcopy idenya ke pikiran dan hati ratusan juta manusia
diseluruh dunia secara bersamaan lewat tayangan seks, pornografi, mistik,
narkoba, kejahatan, pembunuhan, perkosaan, kekejaman, gossip, bunuh diri
pada anak-anak, orang dewasa dan bahkan
tua bangka.
Tiap hari ratusan orang harus masuk penjara karena
imannya rontok meniru pelajaran dari buah tehnologi modern setan tersebut, sementara ribuan bahkan jutaan lainnya
menunggu bom waktu saja, kapan dan dimana akan diledakkan ilmu setan itu.
Mungkin sehabis mengaji atau sepulang gereja dan tidak mustahil kejahatan itu
dilakukan terhadap darah daging sendiri, karena beberapa bulan sebelumnya cuci
otak dan hati melalui tayangan media telah berlangsung sangat intensif. Jenis
kejahatan apa yang akan dilakukan tergantung hasrat, situasi dan kesempatan.
Awalnya bisa hanya ingin nonton bersama, atau hanya ingin mencuri, namun virus
setan yang bercokol dihati memprogram lain, akhirnya terjadi pemerkosaan lalu
dibunuh. Semua tadi dipermudah karena telah mencontoh tayangan media.
Tayangan mistik, gaib dunia setanpun telah dijual
dengan enteng oleh para insan media, padahal dampaknya sangat merusak keimanan
mereka yang masih belia atau masih labil mentalnya. 40 menit film
misteri setan, dan 2 menit terakhir peringatan ayat - ayat Tuhan yang
menasehatkan agar pemirsa jangan terkecoh oleh setan dsb nya. Disinilah
keberanian media, yang dengan enteng menganggap rekaman hati dan otak selama 40
menit itu dengan mudah dapat dihapus dengan ayat dan firman Tuhan selama 2
menit semudah menghapus tulisan dikertas dengan tip eks Mereka menganggap
enteng ilmu setan, mahluk yang tidak pernah mati, usia ribuan juta tahun,
bertehnologi canggih yang pernah memperdayakan nenek moyang manusia, Adam dan
kini berada ditubuh manusia memprogram
hati dan pikiran ratusan juta manusia.
Keinginan Nabi Yusuf untuk dipenjara memberikan gambaran betapa digjayanya setan
mempengaruhi manusia. Yusuf yang dewasa elok, tampan, santun, berbudi luhur,
dipelihara pejabat tinggi , telah menggoyahkan iman istri pejabat dan jatuh
cinta pada budak Yusuf, juga telah membuat para wanita yang tengah memotong
sayuran tanpa sadar mengiris jarinya ketika melihat keelokan rupa Yusuf. Hingga
suatu saat terjadi perlecehan seksual terhadap Nabi muda, Nabi diselamatkan
Allah dari nafsu seks bejad itu. Khawatir akan terulang kembali perlecehan
seksual itu karena serumah dan dibawah kekuasaan bos yang zalim, Yusuf berkata
kepada Allah, “wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai dari pada memenuhi ajakan mereka
kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan aku dari pada tipu daya mereka, tentu
aku akan cenderung untuk memenuhi keinginan mereka dan tentulah aku termasuk
orang-orang yang bodoh”. Allah
mengabulkan doanya, dan melalui sebab musabab versi manusia, akhirnya Nabi
difitnah, dikorbankan, dan dipenjara demi menjaga harga diri dan kedudukan bos,
bahwa yang bersalah adalah budak Yusuf, bukan istrinya. Betapa digjayanya
tehnologi informasi setan, sampai-sampai demi membebaskan diri dari nafsu setan
penguasa, seorang nabi Yusuf rela
dipenjara. Merujuk kisah nabi Yusuf maka
keberanian menayangkan hal yang tidak senonoh
patut diacungi jempol, seolah menganggap sepi peringatan Allah swt
dipengadilan akhir. Dalih tugas yang dikemas demi hak menerima informasi, keseimbangan berita,
apalagi demi rating yang Ujung-Ujungnya Duit. Adakah insan media tengah memberi
pembelajaran dan pengobatan bangsa, atau tak sadar bahwa senjata yang
digenggamnya berdampak lebih dahsyat dari rudal, atau tak berdaya menampik arus
kekuatan konspirasi global yang bertujuan menghancurkan moral bangsa.
Kata Heaney between my finger and my thumb, The squat pen rest ; snug as
a gun,( yang betul as a missile or a
bomb, red ) Insan media adalah pilar bangsa seperti dua pilar bangsa lainnya
TNI yang tengah distempel pelanggar HAM dan muslim tengah distempel teroris.
Sebagai perekat bangsa, insan media harus berjuang membersihkan nama baik,
menjernihkan dan mengangkat kembali pilar-pilar ini demi keutuhan bangsa
Indonesia yang kini terancam disintegrasi , sebaliknya ia akan menjadi
penghancur bangsa bila salah menggunakan munisi nuraninya. Rakyat
tak sabar menanti sikap bijak insan media merekat dan mempersatukan bangsa,
selamat berjuang !
.