Asymmetric War Fare - AWF lawan di tubuh TNI
1. Suatu tindakan, pengorganisasian, dan pemikiran yang “berbeda dari lawan untuk memaksimalkan keuntungan pihak sendiri, mengeksploitasi kelemahan lawan, menjadi pemegang inisiatif dan mendapatkan peluang yang lebih besar untuk bereaksi”, dapat berupa strategi politik, strategi militer, operasional, atau kombinasi dari hal tersebut, bisa dalam rentang waktu jangka pendek atau jangka panjang, dapat dijabarkan atau memang sudah seperti adanya, bersifat tertutup ataupun proaktif dalam pendekatannya, bisa bersifat psikologis atau dimensi fisik.
(Steven Metz dan Douglas Johnson)
2. Kekuatan menghancurkan sebuah bangsa diera super modern ini terletak pada kecanggihan tehnologi dengan menguasai satelit guna memonopoli FREKUENSI sebagai alat propaganda elegan mencuci otak pikiran, dan hati para pemimpin dan pejuang bangsa hingga ketatanan rakyat bawah untuk melemahkan patriotisme bangsa dan penyadapan Kepala Negara dan beberapa orang penting, penguasaan media TV, internet, telekomunikasi oleh kelompok tertentu salah satu caranya.
3. Asymmetric War Fare – AWF lawan memanfaatkan situasi apa yang ada ditubuh TNI selama 65 tahun, mengolah serta menjadikan “senjata” yang elegan untuk melemahkan TNI sekaligus melemahkan kedaulatan bangsa secara systematis
4. Perbandingan SDM dan alutsista TNI AD – TNI AL serta TNI AU yang tidak proporsional selama 65 tahun ini, dimanfaatkan oleh Konspirasi Global untuk melemahkan negara dan bangsa secara telak. Dominasi SDM dan Alutsista TNI AD dipelihara agar TNI tidak mampu melindungi wilayah laut, yang seharusnya menjadi domain TNI AL sebagai garda terdepan Indonesia dinegara maritime yang memiliki panjang pantai ke 4 didunia.
5. Kondisi kekuatan yang tak berimbang ini tanpa disadari telah dinikmati oleh para pimpinan TNI AD pada khususnya untuk mengembangkan kekuatan pertahanan dengan cara yang salah, karena tidak tepat sasaran, walhasil menghasilkan pemimpin yang berorientasi kepada kekuasaan, bukan tugas yang berujung menjadi tentara jauh dari hati rakyatnya, tidak sesuai dengan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit,
6. Disisi lain para Pemimpin TNI AL dan TNI AU selama 65 tahun mengalami kondisi disorientasi tugas dan secara terpaksa dan berat hati menerima garis nasibnya yang sebetulnya juga sangat membahayakan kondisi pertahanan bangsa, karena lemahnya pertahanan territorial laut serta udara memudahkan intelijen negara asing menyusup kedalam kehidupan masyarakat seraya merampok SDA rakyat tanpa terdeteksi oleh TNI.
7. Kondisi psikologis dalam tubuh TNI yang tidak harmonis akibat didominasi aroma “kakak tertua”, dimanfaatkan lawan secara asymmetric untuk menjatuhkan kewibawaan TNI dimata masyarakat yang berujung tercipta suasana disharmoni antara rakyat yang oleh Panglima Besar Sudirman sebagai air dan TNI diibaratkan ikan . Konflik fisik antara anggota termasuk dengan Polri dan rakyat mulai dari skala ringan hingga berat diciptakan secara berkala berujung merusak citra TNI dimata rakyat dan dunia internasional. Rakyat semakin cerdas mengharap kejayaan bangsa dan negara, agar kekuatan SDM dan alutsista TNI ditata secara proporsional dan profesional .
8. Menarik pelajaran dari berdirinya Polri diluar ABRI yang hingga kini masih ditandai dengan pertikaian TNI versus Polri karena ego sektoral, maka pimpinan TNI perlu mempersiapkan situasi mental prajurit TNI atas perubahan jumlah kekuatan dan peran TNI AL sebagai garda terdepan bangsa melindungi territorial laut, agar tidak terjadi konflik interest.
9. Diera informasi, sementara TNI AL dan TNI AU mempersiapkan mental dan profesionalisme militernya, maka TNI AD sebagai pengawal territorial darat disamping perkuat daya tempur militernya, perlu segera mempersiapkan cyber troops termasuk dengan mengoptimalisasi keberadaan PNS TNI AD sebagai bapul dalam rangka masuk dalam kerangka asymmetric warfare .
10. Penggalangan terhadap tokoh masyarakat sipil yang telah berlangsung selama perang kemerdekaan hingga kini perlu ditingkatkan dalam rangka melanjutkan serta membangkitkan peran sejarah para pahlawan mempertahankan serta mengisi kemerdekaan NKRI.
11. Strategi lawan menggunakan Asymmetric warfare melemahkan TNI secara moral, dengan cara menguasai frekuensi TV, Radio, internet dll untuk mem brainwash masyarakat dengan stigmatisasi TNI pelanggar HAM harus segera dihentikan dengan cara mempersiapkan cyber troops yang diperkuat mengoptimalisasi PNS sebagai bapul terpercaya.
12. TNI perlu segera menguasai tehnologi satelit sebagai “CCTV” alutsista mutakhir , mempersiapkan prajurit professional, handal sebagai cyber troops serta memiliki keimanan yang tinggi dalam memenangkan asymmetric warfare menuju Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar