Waspadai serangan Asimetrik Cina di LCS.
Selamat malam mohon ijin disampaikan laporan situasi terakhir di Laut Cina Selatan. Dari observasi intelijen dan pendapat para pakar internasional, Cina telah menggunakan Grey Zones Strategy untuk saat ini dan ke depan. Strategi ini memanfaatkan kombinasi kekuatan armada Coast Guard dan armada nelayan kapal ikan untuk memperkuat klaim Cina di Laut Cina Selatan. Pemerintah Cina memobilisasi beberapa kapal perang mereka untuk dirubah statusnya menjadi kapal Coast Guard dengan hanya merubah cat abu-abu menjadi putih tetapi tidak menurunkan kemampuan persenjataanya. Artinya, kapal Coast Guard tapi setara dengan kapal perang militer. Selain itu, kapal Coast Guard mereka juga dilengkapi dengan non-lethal weapon seperti water canon. Pemerintah Cina juga melakukan pelatihan militer untuk semua nelayan dan juga sebagian prajurit marinir mereka ditugaskan menjadi nelayan kapal ikan. Nelayan terlatih tersebut kini disebut milisi maritim. Taktik yang digunakan dalam strategi ini adalah menggelar armada kapal ikan memasuki perairan negara lain yang diklaim Cina dengan back-up kapal Coast Guard. Beberapa kali TNI AL juga sudah menghadapi nelayan Cina yang melanggar kedaulatan Indonesia di Laut Natuna. Jika Indonesia tetap menggunakan kapal perang TNI AL menghadapi kapal Coast Guard Cina, maka menurut hukum internasional Indonesia bisa berada pada posisi yang salah. Dengan demikian pemerintah Indonesia harus menghadapi grey zones strategy Cina tersebut dengan memobilisasi beberapa frigate TNI AL menjadi kapal-kapal Bakamla beserta seluruh ABK. Mabes TNI dapat mengarahkan TNI AL mempercepat rencana hibah kapal frigate KRI klas Ahmad Yani kepada Bakamla. Mabes TNI juga dapat mengarahkan TNI AL melakukan pelatihan militer para nelayan di Kabupaten Anambas dan Kabupaten Natuna yang menangkap ikan di Laut Natuna, termasuk pelatihan intelijen kepada para nelayan tersebut untuk menjadi agen intelijen maritim. Secara terstruktur dipandang penting melakukan revisi Strategi Pertahanan Laut Nusantara (SPLN) dan Strategi Pertahanan Maritim (SPMI) untuk menghadapi grey zones strategy Cina. Revisi ditujukan untuk menyusun strategi pengerahan dan penggelaran kekuatan TNI AL bersama komponen maritim lainnya pada masa konflik dan/atau krisis. Revisi kedua strategi TNI AL tersebut ke atas dapat menjadi masukan kepada Mabes TNI untuk revisi Strategi TNI, yakni Strategi Pertahanan Nusantara (SPN) dan ke bawah dapat menjadi pedoman penyusunan Rules of Engagement (ROE) bagi Kotamaops TNI. Demikian, terima kasih atas perhatian. Hormat kami selalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar