Minggu, 20 November 2011

Sosialisasi Asset Bangsa sebagai Kekuatan Pemersatu

Sosialisasi Asset Bangsa sebagai Kekuatan Moral Bangsa.

Gaya hidup di era Tehnologi Informasi mengutamakan penampilan sebagai kekuatan moral. Tehnologi Informasi dengan mudah memoles penampilan dan menyesatkan postur moral, kebudayaan individu, kelompok atau bangsa dan salah satu tolok ukur keberhasilan perang informasi adalah hancurnya nilai moral individu, kelompok atau bangsa.

Kekuatan moral satu bangsa sangat tergantung kepada kekuatan dan kemampuan mengelola ekonomi serta sumber daya alam. Sosialisasikan seberapa besar nilai uang dari barang tak bergerak milik bangsa akan meningkatkan moral dan rasa kepemilikan dalam berbangsa dan bernegara.

Menurut Laporan Keuangan Republik Indonesia (LKRI) tanggal 31 Desember 2004. Utang dalam dan luar negeri RI mencapai 1.346 Triyun, dengan asset negara hanya Rp 831 Triyun, dan asset negara ini tidak optimal tersosialisasikan secara transparan kepada publik, termasuk Sumber Daya Alam yang tidak pernah dinilai.

Sosialisasi besarnya hutang dan kekayaan negara yang tak berimbang telah melekat dibenak rakyat membuat moril rakyat turun, apatis, senantiasa curiga atas setiap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat kecil, sehingga senantiasa terjadi gejolak politik yang kemungkinan dapat mengganggu stabilitas politik dan keamanan.

Salah satu cara adalah me Revitalisasi Administrasi Negara seperti keberhasilan Korea Selatan dengan reformasi melalui civil servant ethics act tahun 1981, civil servant property registration, civil servant gift control, civil servant conciousness reform movement dan social purification movement.

Disaat pemerintah tengah memperbaiki citra bangsa dengan membantu secara fisik keluarga miskin melalui Bantuan Langsung Tunai dan pemberian Asuransi Kesehatan kepada Keluarga Miskin ( Askes Gakin ) kepada 17,1 juta KK, pemberantasan korupsi, maka transparansi sosialisasi kekayaan bangsa kepada publik bernilai strategis yang memberikan pencerahan dan kekuatan moral kepada rakyat, serta menyadarkan bangsa, bahwa Indonesia bukanlah bangsa yang miskin, sehingga akan mengeliminer goncangan politis yang akhirnya akan menciptakan suasana kondusif dalam membangun dan menyongsong clean goverment.

Sosialisasi ini tentu mengundang kontroversial, tetapi bagi bangsa yang ingin maju, tidak ada langkah mundur lagi, akankah bangsa ini membiarkan dirinya terombang-ambing karena ketidaktahuan tentang jumlah harta kekayaan bangsa dan terpuruk dalam kondisi “kemiskinan” sebagai dampak psikologis sebagai salah satu negara penghutang terbesar didunia ?

Sudah saatnya negara atau masyarakat melalui LSM menjelaskan kepada publik tentang nilai asset negara dan sumber daya alam, sebagai referensi masyarakat mengenali penyelesaian hutang dan pembangunan bangsa dimasa mendatang

Media masa sebagai mesin perang tehnologi informasi perlu memberikan prioritas menyosialisasikan secara etis kekayaan bangsa kepada publik karena akan memperkuat ikatan berbangsa dan bernegara mempercepat keluar dari suasana krisis multi dimensional.

Kesadaran atas kepemilikan kekayaan bangsa ini akan menjadikan bangsa dan rakyat lebih bangga dan menghormati tanah airnya, yang berujung akan meningkatkan nilai juang individu disetiap strata baik si kaya atau si miskin, selamat berjuang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar